Panduan komputer blog n Style

31 Oktober 2008

Konfigurasi Mikrotik (2)

Beberapa hari yang lalu, saya telah mempostingkan cara untuk mengkonfigurasi Mikrotik, tetapi rupanya ada cara yang lebih mudah dan praktis serta nyaman and softly easy soon ... (english mode : on), soalnya bisa pakai tampilan WinBox yang bisa dipakai di komputer klien (w0_0w), nih cara kopi paste dari blognya mas caesar, matur nuwun ya mas.. (english mode : off, jowo mode : on)



Tutorial ini membahas proses instalasi dan konfigurasi Mikrotik sebagai Server. MikroTik RouterOS™ adalah sistem operasi linux yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer menjadi router network yang handal serta mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk ip network dan jaringan wireless.

Spesifikasi perangkat minimal yang dibutuhkan yaitu:

a. CPU dan motherboard - bisa dgn P1 ~ P4, AMD, cyrix asal yang bukan multi-prosesor
b. RAM - minimum 32 MiB, maximum 1 GiB; 64 MiB atau lebih sangat dianjurkan, kalau mau dibuat proxy , dianjurkan 1GB… perbandingannya, 15MB di memori ada 1GB di proxy..
c. HDD minimal 128MB parallel ATA atau Compact Flash, tidak dianjurkan menggunakan UFD, SCSI, S-ATA
d. NIC 10/100 atau 100/1000

Untuk keperluan beban yang besar ( network yang kompleks, routing yang rumit dll) disarankan untuk
mempertimbangkan pemilihan resource PC yang memadai.

Untuk info lebih lengkap bisa dilihat di www.mikrotik.com Anda juga dapat mendownloadnya secara gratis disitus
tersebut namun hanya Free trial untuk 24 jam saja karena Mikrotik bukanlah free software, artinya kita harus membeli licensi terhadap segala fasiltas yang disediakan.

Kita bisa membeli software MikroTik dalam bentuk “licence” di CITRAWEB, UFOAKSES, PC24 yang diinstall pada HardDisk yang sebelumnya download/dibuat MikroTik RouterOS ISO ke keping CD atau disk on module (DOM). Jika kita membeli DOM tidak perlu install tetapi tinggal pasang DOM pada slot IDE PC kita.

Berikut adalah langkah-langkah instalasi Mikrotik melalui CD :

1. Setup BIOS agar dapat Booting melalui CD












Pilih CDROM pada bagian 1st Boot Device, setelah itu tekan tombol ESCAPE lalu tekan F10 dan pilih ‘Yes’



















2. Masukkan CD instalasi Mikrotik setelah Loading maka akan muncul jendela awal instalasi seperti pada gambar di
bawah. Pilih semua paket instalasi menggunakan tombol panah dan tandai menggunakan tombol spasi [Space Bar], untuk mulai menginstall tekan huruf ‘i’



















3. Tekan ‘y’ jika Anda ingin mempertahankan konfigurasi lama, jika ingin melakukan fresh install tekan ‘n’




















4. Tekan ‘y’ untuk lanjut ke proses pembuatan partisi dan format Harddisk





















5. Proses pembuatan partisi dan format Harddisk




















6. Proses instalasi paket-paket yang telah dipilih sedang berlangsung




















7. Proses instalasi selesai, tekan ENTER untuk reboot, jangan lupa mengeluarkan CD instalasi Mikrotiknya




















8. Proses Loading untuk masuk ke sistem Mikrotik, tekan ‘y’ jika Anda ingin melakukan pengecekan pada Harddisk.






















9. Jendela Login, isi Login dengan admin sedang Password dikosongkan saja, lalu tekan ENTER






















10. Jika Anda berhasil Login maka akan muncul tampilan Prompt seperti pada gambar





















Sebelum masuk ke proses konfigurasi, agar lebih mudah dipahami berikut saya gambarkan topologi jaringan sebagai contoh kasus yang kemudian akan kita implementasikan dalam bentuk konfigurasi Mikrotik. Ini sebagai contoh saja, aslinya Anda harus menyesuaikan dengan kondisi jaringan Anda sendiri.































Berdasar pada gambar topologi yang sudah dibuat, ada beberapa hal yang nantinya harus dilakukan, yaitu :

Menentukan IP Address untuk Interface Public dan Local pada Gateway Mikrotik, dimana Interface Public akan terkoneksi ke Jaringan Internet sedang Interface Local akan terkoneksi ke Jaringan Local.
Menentukan IP Address disetiap Client, sesuaikan seperti pada gambar topologi.
Menentukan Routing pada Gateway Mikrotik sehingga dirinya sendiri sudah harus bisa terkoneksi ke Internet.
Mengaktifkan NAT pada Gateway Mikrotik agar setiap Client dapat terkoneksi ke Internet.
Membatasi penggunaan bandwidth download dan upload untuk masing-masing Client, seperti terlihat pada gambar topologi.
Dari hal-hal yang kita lakukan di atas menjadi panduan bagi kita untuk menentukan apa saja yang harus kita kerjakan, berikut langkah demi langkah proses konfigurasinya :
1. Langkah-langkah konfigurasi IP Address Gateway Server Mikrotik
a. Karena Gateway Mikrotik akan menghubungkan area local dan area public maka pada PC Gateway sudah
harus terpasang minimal 2 buah Ethernet Card, dalam hal ini Interface Public dan Interface Local. Sebagai
langkah awal kita harus memastikan bahwa kedua interface telah dikenali oleh PC Gateway.
Untuk itu masuk ke sistem mikrotik setelah sebelumnya Login, lalu ketikkan perintah berikut pada prompt :
[admin@MikroTik] > interface ethernet print
Jika kedua interface terdeteksi maka akan tampil seperti terlihat pada gambar




















b. Konfigurasi IP Address untuk kedua Interface



















2. Konfigurasi IP Address Client-01, cara yang sama dilakukan pada Client-02 dan Client-03, yang berbeda
hanyalah IP Address yang diberikan.
























3. Menentukan Routing Gateway Mikrotik agar bisa terkoneksi ke Internet


a. Untuk melakukan konfigurasi pada Gateway Mikrotik kali ini kita akan menggunakan Tools bawaan Mikrotik
sendiri yang bernama WINBOX, alasan utama menggunakan winbox karena aplikasi tersebut sudah
berbasis GUI sehingga lebih mudah dan telah berjalan di atas OS Windows. Cara memperoleh aplikasi
winbox yaitu dengan mendownloadnya dari Gateway Mikrotik via Web, untuk itu sebelumnya pastikan dulu
PC Client telah terkoneksi ke Gateway Mikrotik. Cara termudah untuk memastikan hal itu adalah dengan
melakukan tes PING dari Client ke Gateway Mikrotik, jika sudah ada pesan Reply berarti telah terkoneksi
dengan baik. Selanjutnya pada client yang menggunakan OS Windows, buka Internet Explorer atau
program Web Browser lainnya lalu pada Address ketikkan alamat IP dari Gateway Mikrotik.














































b. Jalankan program winbox














































c. Setting Routing ke Internet Gateway, lihat kembali gambar topologi jaringannya sebagai panduan.






















4. Mengaktifkan NAT pada Gateway Mikrotik agar setiap Client dapat terkoneksi ke Internet.

a. Buka Jendela Firewall, lalu buka buka table NAT.




















b. Masukkan IP Address Client dalam aturan NAT agar Client dapat mengakses Internet.




















Ulangi langkah di atas untuk Client-02 dan Client-03.

c. Tampilan tabel NAT seharusnya akan tampak seperti gambar berikut.

















Pada tahapan ini seharusnya semua Client sudah bisa terkoneksi ke Internet.

5. Membatasi penggunaan bandwidth untuk masing-masing Client tidak ada satupun Client yang akan memonopoli
penggunaan bandwidth. Kita akan menggunakan metode “Queue Tree” untuk membatasi penggunaan
bandwidth pada Client. Karena dengan metode Queue Tree kita akan lebih leluasa dalam menerapkan aturanaturan dalam pembatasan bandwidth, tidak demikian jika kita menggunakan metode “Simple Queue”.
a. Langkah pertama kita harus membuat aturan di Firewall pada tabel MANGLE, untuk memberikan tanda
“mark” pada paket-paket yang masuk dan keluar dari Gateway Mikrotik ke masing-masing Client.




























Gambar sebelumnya merupakan langkah untuk membuat ‘Mark Connection’ atau penanda koneksi, langkah selajutnya masih merupakan lanjutan dari langkah sebelumnya, namun kali ini kita akan membuat ‘Mark Packet’ atau penanda paket, silahkan ikuti langkah-langkah seperti pada gambar.
Langkah pertama diawali dengan meng-klik tanda ‘+’ pada Tab Mangle, seperti ditunjukkan pada langkah ke-4 pada gambar sebelumnya






















Ulangi langkah pembuatan ‘Mark Connection’ dan ‘Mark Packet’ untuk Client-02 dan Client-03, yang
berbeda hanya pada bagian : Src. Address, New Connection Mark dan New Packet Mark yang
nantinya disesuaikan dengan Client-02 dan Client-03. Hasil akhirnya seperti pada gambar di bawah :
















b. Konfigurasi ‘Queue Tree’, untuk besar bandwidth download dan upload untuk masing-masing Client
silahkan lihat kembali gambar topologi jaringan.
Pengaturan bandwidth download untuk Client-01






















Pengaturan bandwidth upload untuk Client-01






















Lakukan langkah yang sama untuk mengatur bandwidth download dan upload untuk Client-02 dan Client-03. Bagian yang berbeda hanya pada : Name, Packet Mark, Limit at dan Max Limit.
Tampilan Akhir pengaturan bandwidth untuk masing-masing Client akan terlihat seperti pada gambar berikut :



















Gambar di atas juga nantinya akan dimanfaatkan untuk memantau penggunaan bandwidth Download dan Upload pada masing-masing Client.




kutip dari oke.or.id



Selengkapnya...

Konfigurasi LTSP

Setelah saya mempostingkan cara menginstall LTSP, sekarang barulah kita menkofigurasi LTSP. Berhubung komputer di LAB TKJ tidak begitu memadai akhirnya saya lewat google :

Tulisan ini dibuat oleh kelompok Mahasiswa S1 Ilmu Komputer USU (Sdri. Dwi Kartika Bangun, dkk) yang mendapat tugas untuk Praktek Kerja Lapangan di unit jaringan saya di Pusat SI/TI Universitas Sumatera Utara.


Agar apa yang mereka pelajari dapat dimanfaatkan oleh banyak orang maka saya memberikan tugas untuk "Membuat Jaringan LTSP" dengan mengoptimalkan peralatan yang ada termasuk resource hardwarenya.
Setelah jadi, ternyata hal ini dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa lainnya dalam mencari bahan-bahan kuliah, menyelesaikan tugas, dan berbagai hal lainnya yang memerlukan penggunaan komputer terutama yang terhubung ke Internet. Semua dapat mereka lakukan secara Free (Gratis) mengingat hampir seluruhnya adalah perangkat yang statusnya sudah digudangkan (hampir jadi sampah).
Hal lain yang cukup mengejutkan adalah hampir semua pengguna adalah non Linux user, termasuk team (mahasiswa) creator jaringan dan mereka bekerja serta menggunakan jaringan tersebut dengan happy dan tanpa beban. Sekarang mereka sudah sangat mengenal Linux dan aplikasinya dengan baik tanpa problem yang berarti. Dengan kata lain setiap masalah dapat mereka selesaikan dengan baik.
Hal ini mudah2an akan diterapkan keseluruh fakultas yang ada mengingat pertimbangan2 positifnya.

Berikut adalah tulisan yang dibuat oleh salah seorang anggota team yang merupakan leadernya: Dwi Kartika Bangun.

----- Start::

Membangun Jaringan Diskless (Tanpa Disk) dengan LTSP (Linux Terminal Server Project) di USU

Pendahuluan
Proyek ini berawal dari iseng-iseng seorang dosen untuk memberi tugas kepada mahasiswa-mahasiswa yang sedang PKL (Praktek Kerja Lapangan) di instansi beliau bekerja. Dengan bermodalkan surat permohonan, maka proyek ini diijinkan untuk segera dikerjakan. Barang-barang untuk membuat proyek ini merupakan barang-barang bekas dari gudang, kecuali switch, komputer untuk server dan kabel-kabel UTP dan listrik. Tujuan dibuat proyek ini adalah untuk dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang menumpuk di gudang menjadi sesuatu yang bermanfaat, misalnya seperti yang dibuat oleh penulis yaitu membangun jaringan untuk akses internet gratis bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Teori dasar
Jaringan diskless merupakan suatu metode membangun sebuah jaringan (berarti terdiri dari dua atau lebih komputer yang dihubungkan) dimana setiap workstation (WS) tidak menggunakan harddisk, tetapi menggunakan semua resource yang ada pada komputer server. Jaringan diskless ini menggunakan LTSP (Linux Terminal Server Project). LTSP merupakan sebuah proyek untuk membuat terminal server di linux. Dengan aplikasi LTSP tersebut maka WS diskless dapat mengakses server Linux dan menjalankan aplikasi yang ada pada server.
Seperti tujuan yang telah ditulis di atas, metode diskless ini dapat memanfaatkan PC lama sebagai WS, seperti komputer sekelas 486 dan Pentium I dengan RAM 16MB. Sedangkan untuk sistem operasinya menggunakan salah satu distro linux yang ada dan berbagai aplikasinya tanpa memerlukan lisensi. Tentu hal ini membuat penghematan yang luar biasa.

Persiapan awal yang dilakukan
– mengumpulkan PC yang akan digunakan sebagai workstation (WS) dengan spesifikasi rata-rata PC menggunakan processor Pentium I, memiliki memori minimal 16 MB, floppy drive dan floppy disk (sebagai bahan percobaan), Ethernet Card, dan yang terakhir EPROM yang akan diletakkan di Ethernet Card (dalam hal ini EPROM yang digunakan adalah barang bekas, jadi harus dilakukan penghapusan terlebih dahulu).
– menyediakan PC yang akan bertindak sebagai server dengan spesifikasi yang cukup tinggi. Untuk jaringan ini digunakan Harddisk dengan kapasitas 80 GB, memori 2 GB (dengan perhitungan untuk server menggunakan memori 256 MB + masing-masing WS menggunakan memori 50 MB)
– menyediakan switch untuk menghubungkan server dengan workstation

Pembuatan Server
Setelah selesai melakukan persiapan awal, pembangunan jaringan diskless ini pun dimulai. Tahap yang pertama ialah menginstal LTSP pada server. Penulis menggunakan K12LTSP 4.1.1. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
– masukkan CD – 1 ke dalam CD Room
– mulailah lakukan penginstalan. Penginstalan dapat dipilih secara default sehingga kita tinggal mengikuti petunjuk yang ada.
– Untuk setting dhcp dapat menggunakan settingan yang sudah default atau membuat settingan sendiri
– Penulis hanya menggunakan 4 CD, untuk CD yang ke-lima berupa tambahan aplikasi.

Pembuatan Workstation
Setelah selesai menginstal server, dilanjutkan dengan pembuatan Workstation (WS). Dalam pembuatan WS dibagi kedalam dua bagian, yaitu yang pertama dengan menggunakan disket dan yang kedua dengan menggunakan EPROM.

- menggunakan disket
Setelah komputer server selesai diinstal, maka dibuat image untuk workstation. Sebagai permulaan gunakan disket untuk booting dari network. Image dapat diambil di www.rom-o-matic.net sesuai dengan tipe Ethernet Card yang digunakan. Untuk pengguna windows, membuat image menggunakan software tambahan, yaitu RAWRITE (program untuk menulis file .zdsk ke dalam disket), dapat didownload di http://www.chrysocome.net/rawwrite sedangkan untuk pengguna linux gunakan perintah : $ cat eb-5.4.2-yournic.zdsk > /dev/fd0. Setelah selesai membuat image, gunakan disket tersebut untuk booting dari network. Hubungkan server ke workstation... ‘Selamat Anda telah membuat jaringan diskless’.

- menggunakan EPROM
Sebelum mulai memprogram, EPROM harus dihapus terlebih dahulu. Berdasarkan teori yang selama ini didengar bahwa menghapus EPROM dapat menggunakan sinar ultraviolet yang ada pada matahari, maka penulis pun mencoba melakukan hal tersebut. Ternyata walaupun dijemur dibawah sinar matahari dengan panas yang cukup tinggi, sinar ultraviolet yang didapat mungkin belum cukup untuk menghapus EPROM, sehingga EPROM yang dijemur selama kurang lebih 2 jam tersebut tidak berhasil dihapus. Kemudian penulis mencoba menggunakan lampu ultraviolet yang biasanya berfungsi untuk membersihkan air dari kuman. Dengan lampu ini, EPROM dapat terhapus, dimana penghapusan dilakukan dengan meletakkan EPROM di bawah sinar lampu selama kurang lebih 15 menit. Setelah terhapus, kemudian dilanjutkan ke pemrograman EPROM.
Penulis memprogram EPROM dengan menggunakan alat Pemrogram EPROM, EPROM+ Programming System Version 5.5. Untuk sekarang ini, alat pemrogram EPROM sudah terdapat di pasaran, bisa juga membeli EPROM sekalian memprogramnya di tempat tersebut. Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat EPROM yang diprogram ini.
Image untuk EPROM juga diambil di www.rom-o-matic.net, dengan file berekstensi .zrom kemudian dilakukan beberapa konfigurasi, yaitu beri tambahan pilihan :
– BOOT_INT18H
– CONFIG_PCI_DIRECT
Setelah EPROM selesai diprogram, letakkan ERPOM tersebut ke Ethernet Card WS. Saat penulis membuat proyek ini, terdapat beberapa kendala, yaitu :
- penulis pertama-tama menggunakan Ethernet Card 3Com dan D-link tipe RTL8139C, Dfe-530Tx. Sebelum menggunakan EPROM, penulis menggunakan disket dan booting dapat berjalan lancar. Namun saat menggunakan EPROM, Ethernet Card tipe 3Com, proses pengambilan image berhasil namun berhenti di suatu keadaan dimana di layar diberi tampilan ‘kernel panic, Attempted to kill init’. Sedangkan untuk Ethernet Card RTL8139C, booting tidak dapat dilakukan dengan pesan ‘System disk error’. Untuk kasus 3Com, proses booting sebenarnya sudah berjalan, tapi mungkin ada beberapa kekurangan pada PC, tidak mendukung booting from network. Karena kendala ini, beberapa waktu proses pembuatan jaringan ini agak tertunda. Penulis mencoba mencari-cari solusi, dan atas usul dosen pembimbing dan rekannya, maka dicoba untuk mengupgrade versi BIOS yang digunakan. Saat itu PC yang digunakan merupakan barang ‘brinded’, sehingga pencarian upgrade BIOS lebih mudah dilakukan. Setelah diupgrade, ternyata Ethernet Card 3Com dengan menggunakan EPROM berhasil melakukan booting hingga selesai. Tampilan pada WS sesuai dengan tampilan yang ada pada server.
Sedangkan untuk RTL8139C masih mengalami masalah yang sama. Maka untuk sementara percobaan dilakukan dengan menggunakan 3Com.
Setelah berhasil, ada beberapa perubahan konfigurasi yang perlu dilakukan. Konfigurasi dilakukan di /opt/ltsp/i386/etc/lts.conf, yaitu pada XSERVER diberikan pilihan
XSERVER = XF86_SVGA. Setelah konfigurasi dilakukan, WS dapat memberikan tampilan sama seperti tampilan server. Selamat jaringan diskless telah dapat dilakukan.

- kendala yang kedua ialah mencari solusi untuk Ethernet Card RTL8139. Penulis mencoba untuk menggunakan diag.exe dari driver Ethernet Card tersebut. File ini digunakan untuk mengubah konfigurasi pada Ethernet Card. Konfigurasi yang dilakukan :
– pilih BOOTROM, tekan enter
– pilih ENABLED dengan 128 kbps
– exit and save changes.
Setelah dirubah, WS direstart dan booting dapat dilakukan dengan baik.

Setelah proses pembuatan WS selesai, dilanjutkan dengan penyusunan WS dan pembuatan kabel-kabel untuk jaringan dan kabel untuk arus listrik. Setelah semua selesai jaringan ini siap digunakan. Ternyata kendala yang dihadapi tidak sampai disitu saja. Setelah dicoba selama beberapa saat, ternyata beberapa WS mengalami ‘hang’, walaupun memori yang digunakan 32 MB. Penulis mengasumsikan hal ini disebabkan grafis yang ada untuk menjalankan sistem operasi terlalu tinggi, sehingga tidak kompatibel dengan kapasitas memori yang ada. Maka solusi untuk hal tersebut adalah dengan membuat swap untuk setiap WS. Konfigurasi dilakukan di /opt/ltsp/i386/etc/lts.conf kemudian diberi perintah untuk menambahkan swap sebanyak 2 kali jumlah memori yang ada pada WS. Perintah yang digunakan ialah :
USE_NFS_SWAP = Y
SWAPFILE_SIZE = 64m (dua kali jumlah memori pada WS)
Setelah dibuat swap, kendala seperti ‘hang’ tidak lagi dialami.

Setelah dilakukan percobaan untuk menjalankan warnet selama kurang lebih dua minggu, PC yang sudah dibuat untuk booting dari ROM ditarik untuk digunakan di laboratorium, sedangkan untuk akses internet diberikan PC Pentium II dengan memori 16 MB. PC yang diberikan ini juga barang ‘branded’. Untuk PC tipe ini tidak perlu menggunakan Ethernet Card dan ROM, karena PC ini telah dilengkapi booting from network. Saat mencoba menggunakan PC ini, ternyata booting from network tidak dapat dijalankan. Maka pada PC ini dicoba untuk upgrade BIOS dengan FlashBIOS. Ternyata setelah BIOS diupdate, PC tersebut dapat melakukan booting from network dan menjalankan aplikasi sama seperti yang terdapat pada server.

Demikian sedikit pengalaman dari kami, mahasiswa/i PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Pusat SI/TI Universitas Sumatera Utara.

Medan, 28 Agustus 2006
Mahasiswa/I PKL Pusat SI/TI Universitas Sumatera Utara

Gideon J. Pasaribu
Dwi Kartika Bangun
Hubertus F. Dicky
Allwin M. Simarmata

Selengkapnya...

Pengertian Subnetting

Subnetting merupakan suatu hal yang wajib dikuasai oleh seorang Network Administrator. Administrator-administrator yang mengelola jaringan besar sering kali merasa perlu membagi-bagi jaringan menjadi bagian yang lebih kecil lagi yang disebut sub networks. Saya akan menjelaskan mengenai konsep subnetting ini dengan menggunakan ilustrasi dan analogi yang ada disekitar kita.

Apa sebenarnya yang disebut dengan subnetting dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama RE Martadinata terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. RE Martadinata.


KSubnetting01

Dikarenakan oleh suatu keadaan dimana rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:

KSubnetting02

Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan konsep subnetting. Dimana tujuannya ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 4 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 10 komputer (host). Tujuan lainnya juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl. RE Martadinata dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut. Broadcast-broadcast ini secara berkesinambungan dikirim ke semua host dalam sebuah network. Saat traffic broadcast mulai mengonsumsi begitu banyak bandwith tersedia, maka administrator perlu mengambil langkah subnetting untuk mereduksi ukuran broadcast domain tersebut, sehingga diperoleh performansi jaringan yang lebih baik.

KSubnetting03

Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS. Sebuah network tunggal dan besar yang dibatasi oleh area geografis dapat menimbulkan berbagai masalah terutama di sisi kecepatan. Dengan mengkoneksikan multi jaringan yang lebih kecil maka diharapkan dapat membuat sistem lebih efisien.

KSubnetting04

Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl RE Martadinata tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb:

KSubnetting05

To Be Continued… Perhitungan Subnetting

Sumber:
- http://romisatriawahono.net
- Rahmat Rafiudin in “Mengupas Tuntas Cisco Router"
- http://suwito.web.id/me/2007/12/07/konsep-subnetting/


Selengkapnya...

Perhitungan Subnetting

Konsep subnetting sebetulnya melingkupi pertanyaan-pertanyaan berikut:

* Berapa banyak subnet yang bisa dihasilkan sebuah subnet mask?
* Berapa banyak host yang valid pada setiap subnet?
* Subnet-subnet mana saja yang valid?
* Mana yang termasuk broadcast address untuk setiap subnet.
* Host-host mana saja yang valid untuk setiap subnet.



Subnetting Pada Alamat Kelas C

Pada alamat kelas C, hanya tersedia 8 bit untuk mendefinisikan host. Subnet mask kelas C yang mungkin adalah sebagai berikut :

Binary;Desimal; Singkatan

10000000; 128; /25 (tidak valid)
11000000; 192; /26
11100000; 224; /27
11110000; 240; /28
11111000; 248; /29
11111100; 252; /30
11111110; 254; /31 (tidak valid)

Untuk contoh perhitungan subnetting, saya menggunakan 255.255.255.192

192 = 11000000

Pada bilangan binary diatas (11000000), bit 1 mewakili bit-bit subnet dan bit 0 mewakili bit-bit host yang tersedia pada setiap subnet. 192 memberikan 2 bit untuk subnetting dan 6 bit untuk mendefinisikan host pada masing-masing subnet.

Apa saja subnet-subnetnya? Karena bit-bit subnetnya tidak boleh semuanya off (bernilai 0 semua) atau on (bernilai 1 semua) pada saat yang bersamaan, maka ada 2 subnet mask yang valid.

01000000 = 64
10000000 = 128

Alamat dari host yang valid akan didefinisikan sebagai nomor-nomor diantara subnet-subnet tersebut, dikurangi dengan dua nomor; 1)nomor yang semua bit host bernilai 0 (off) dan, 2) nomor dengan bit host bernilai 1 (on).

Untuk menentukan host-host ini, pertama kita harus menentukan subnet dengan membuat semua bit host off, lalu membuat semua bit host on untuk mencari alamat broadcast untuk subnet tersebut. Host yang valid harus berada diantara kedua nomor atau alamat tersebut.

Subnet 64
01000000 = 64 (Network)
01000001 = 65 (Host pertama yang valid)
01111110 = 126 (Host terakhir yang valid)
01111111 = 127 (Broadcast)

Subnet 128
10000000 = 128 (Network)
10000001 = 129 (Host pertama yang valid)
10111110 = 191 (Host terakhir yang valid)
10111111 = 192 (Broadcast)

Mungkin kelihatan agak rumit yah, sekarang kita coba cara cepat dan gampang untuk menghitung subnet. Pada bagian ini penting sekali untuk menghafalkan hasil-hasil pemangkatan angka 2.
Berikut cara cepatnya :

*

Jumlah subnet : 2^x – 2 = jumlah subnet. X adalah jumlah bit 1 disubnet mask. Contoh disubnet mask 11000000, jumlah bit 1 ada 2, maka jumlah subnet 2^2 – 2 = 2 subnet.
*

Jumlah Host : 2^y – 2 = jumlah host persubnet. Y adalah jumlah bit dibagian host atau bit 0. Contoh disubnet mask 11000000, jumlah bit 0 ada 6, maka jumlah host persubnet adalah 2^6 – 2 = 62 host.
*

Subnet yang valid : 256 – subnet mask = ukuran blok atau bilangan dasar. Contoh, 256 – 192 = 64. Maka 64 adalah blok size dan subnet pertama adalah 64. Subnet berikutnya adalah bilangan dasar ditambah dirinya sendiri, atau 64 + 64 = 128 (sebnet kedua). Teruslah ditambah bilangan dasar pada dirinya sendiri mencapai nilai dari subnet mask, yang bukan merupakan subnet yang valid karena semua bit-nya adalah 1 (on).
*

Alamat broadcast untuk setiap subnet : Alamat broadcast adalah semua bit host dibuat menjadi 1, yang mana merupakan nomor yang berada tepat sebelum subnet berikutnya.
*

Host yang valid : Host yang valid adalah nomor diantara subnet-subnet dengan menghilangkan semua 0 dan semua 1.

Sampai disini gimana…? Masih belum paham…?
OK. Untuk memuaskan hasrat narsis Anda (hehehe), saya akan memberikan beberapa contoh soal.

Alamat network = 192.168.10.0; subnet mask = 255.255.255.240;

* Jumlah Subnet ? 240 = 11110000 dalam binary, 2^4 -2 = 14 subnet yang valid.
* Host ? bit host = 2^4 – 2 = 14 host yang valid.
*

Subnet yang valid ? 256 – 240 = 16; 16 + 16 = 32; 32 + 16 = 48; 48 + 16 = 64; 64 + 16 = 80; 80 + 16 = 96; 96 + 16 = 112; 112 + 16 = 128; 128 + 16 = 144; 144 + 16 = 160; 160 + 16 = 176; 176 + 16 = 192; 192 + 16 = 208; 208 + 16 = 224; 224 + 16 = 240; stop. Nah,,, subnet yang valid adalah 16, 32, 64, 80, 96, 112, 128, 144, 160, 176, 192, 208, 224. 240 tidak termasuk karena sudah merupakan subnet masknya kita.
*

Alamat broadcast tiap subnet ? Selalunya adalah nomor yang terletak sebelum subnet berikutnya.
* Host yang valid ? Nomor yang terletak antara subnet dan alamat broadcast.

Alamat network = 192.168.20.0; subnet mask = 255.255.248.0;

* Jumlah subnet ? 248 = 11111000 dalam binary, 2^5 – 2 = 30 subnet.
* Host yang valid ? 2^3 – 2 = 6 host.
*

Subnet yang valid ? 256 – 248 = 8; 8 + 8 = 16; 16 + 8 = 24; dan seterusnya dimana hasilnya ditambahkan dengan dirinya sendiri dan berhenti sampai 248. Itulah subnet yang valid.
*

Alamat broadcast ? Pasti nomor yang terletak sebelum subnet berikut.
* Host yang valid ? Nomor yang terletak antara subnet dan alamat broadcast.

Alamat node = 192.168.10.33; subnet mask = 255.255.255.224;

Untuk mengerjakan soal seperti ini sangatlah gampang. Pertama, tentukan subnet dan alamat broadcast dari alamat-alamat IP diatas. Kita dapat melakukannya dengan menjawab pertanyaan nomor 3 dari kelima pertanyaan besar tadi (subnet manakah yang valid?). 256 – 224 = 32; 32 + 32 = 64. Nah… alamat node 192.168.10.33 berada diantara dua subnet dan pasti merupakan bagian dari subnet 192.168.10.32. Subnet berikutnya yaitu 64, jadi alamat broadcast yaitu 63 (ingat… bahwa alamat broadcast dari sebuah subnet selalu nomor yang berada tepat sebelum subnet berikutnya). Range host yang valid adalah 33 – 62.

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.



22.gif

Sekarang kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).

Penghitungan:

* Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
* Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
* Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
* Alamat host dan broadcast yang valid?

23.gif

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).

Penghitungan:

* Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
* Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
* Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
* Alamat host dan broadcast yang valid?

24.gif

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

Kalau sudah mantap dan paham benar, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.

Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.

Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).

Penghitungan:

* Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
* Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
* Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, dan seterusnya.
* Alamat host dan broadcast yang valid?

25.gif



Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x - 2

Sumber :
Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.
http://suwito.web.id/me/2007/12/28/perhitungan-subnetting-bagian-2-of-2-selesai/
Selengkapnya...

Pengenalan TCP/IP

Dalam konsep komunikasi data suatu jaringan komputer, ada mekanisme pengiriman data dari komputer sumber ke komputer tujuan dimana proses pengiriman paket data tersebut sampai dengan benar ke komputer yang dituju. Tentunya dalam proses pengiriman yang terjadi tidak semudah yang dipikirkan. Alasan pertama, komputer tujuan berada jauh dari komputer sumber sehingga paket data yang dikirimkan bisa saja hilang atau rusak di tengah jalan. Alasan lainnya, mungkin komputer tujuan sedang menunggu/mengirimkan paket data dari/ke komputer yang lain. Tentunya paket data yang akan dikirimkan diharapkan sampai dengan tepat tanpa terjadi kerusakan. Untuk mengatur mekanisme komunikasi data tersebut dibutuhkan pengaturan proses pengiriman data yang dikenal sebagai protocol. Protokol di sini adalah sebuah perangkat lunak yang melekat pada setiap sistem operasi tertentu.



TCP/IP (singkatan dari “Transmission Control Protocol”) adalah sekumpulan protokol yang didesain untuk melakukan fungsi-fungsi komunikasi data pada jaringan komputer. TCP/IP terdiri atas sekumpulan protokol yang masing-masing bertanggung jawab atas bagian-bagian tertentu dari komunikasi data. Kesimpulannya, TCP/IP inilah yang memungkinkan kumpulan komputer untuk berkomunikasi dan bertukar data didalam suatu jaringan.

TCP/IP dapat diterapkan dengan mudah di setiap jenis komputer dan inteface jaringan, karena sebagian besar isi kumpulan protokol ini tidak spesifik terhadap satu komputer atau peralatan jaringan tertentu. Sekumpulan protokol TCP/IP ini dimodelkan dengan empat layer TCP/IP, sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini.

PengenalanTCP-01

Gambar di atas mengambar model TCP/IP terdiri atas empat lapis kumpulan protokol yang bertingkat. Keempat lapisan layer tersebut adalah :

* Lapisan Network
Lapisan Network bertanggung jawab mengirim dan menerima data ke dan dari media fisik. Media fisiknya dapat berupa kabel, serat optik atau gelombang radio. Karena tugasnya ini, protokol pada layer ini harus mampu menterjemahkan sinyal listrik menjadi data digital yang di mengerti oleh komputer, yang berasal dari peralatan lain yang sejenis.
* Lapisan Internet
Lapisan Internet bertanggung jawab dalam proses pengiriman paket ke alamat yang tepat. Pada layer ini terdapat tiga macam protokol, yaitu IP, ARP, dan ICMP. IP (Internet Protocol) berfungsi untuk menyampaikan paket data ke alamat yang tepat. ARP (Address Resulotion Protocol) ialah protokol yang digunakan untuk menemukan alamat hardaware dari host/komputer yang terletak pada network yang sama. Sedangkan ICMP (Internet Control Massage Protocol) ialah protokol yang digunakan untuk mengirimkan pesan dan melaporkan kegagalan pengiriman data.
* Lapisan Transport
Layer Transport, berisi protokol yang bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi antara dua host/komputer. Pada lapisan Transport menggunakan Acknowledgement positif dan Acknowledgement negative pada aliran datanya. Acknowlegment positif akan memberitahukan pesan apabila data yang di transferkan telah sampai sedangkan Acknowledgement negative jika paket yang ditransfer tidak sampai ke tujuan maka akan terjadi pengiriman ulang. Kedua protokol tersebut ialah TCP (Transmission Control Protokol) dan UDP (User Datagram Protocol).
* Lapisan Aplikasi
Layer teratas adalah Aplication Layer. Pada layer inilah terletak semua aplikasi yang menggunakan protokol TCP/IP misalnya http, ftp, telnet, smpt dan lain sebagainya.

IP Addressing
IP address digunakan untuk mengidentifikasi interface jaringan pada host dari suatu komputer. Dengan adanya IP address masing-masing host dapat terhubung dan saling bertukar informasi melalaui media transmisi kabel seperti UTP, koaksil atau fiber optic. Sebagai contoh sederhana, jika sebuah surat akan dikirimkan/ ditujukan ke orang lain maka surat tersebut harus dilengkapi dengan alamat lengkap si penerima. Tentu juga alamat si pengirim perlu dicantumkan untuk memudahkan penerima dari mana datangnya surat tersebut. Jika alamat si penerima tidak lengkap misalnya tidak ada nomor rumah, tidak di cantumkan nama penerima maka surat tersebut dipastikan tidak akan sampai.
IP address adalah sekelompok bilangan biner 32 bit yang dibagi menjadi 4 bagian yang masing-masing bagian itu terdiri dari 8 bit, angka pada masing-masing bit tersebut adalah angka 1 dan 0. misalnya : 11000111. Nilai paling besar dari biner 8 bit adalah 255, angka 255 ini dihitung dari bilangan biner 2 berpangkat.
Misalnya :
11111111 = 27 + 26 + 25 + 24 + 23 + 22 + 21 + 20
= 128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2 + 1
= 255
Dengan demikian IP address yang terdiri dari 4 bagian bilangan 8 bit maka nilai terbesar IP address tersebut adalah
11111111.11111111.11111111.11111111 atau 255.255.255.255.255
Untuk memudahkan kita dalam membaca dan mengingat suatu alamat IP maka umumnya penamaan yang digunakan adalah berdasarkan bilangan desimal.
IP address dibagi menjadi kelas-kelas yang masing-masing mempunyai kapasitas jumlah IP yang berbeda-beda. IP address terdiri dari dua bagian yaitu bagian network ID dan host ID. Network ID menunjukkan ID alamat jaringan tempat host-host berada sedangkan host ID adalah bagian yang menunjukkan host itu berada. Sederhananya, Network ID seperti nama jalan sedangkan Host ID adalah nomor rumah di jalan tersebut.
Kelas-kelas IP address adalah sebagai berikut :

Kelas A
IP address kelas A terdiri dari 8 bit untuk network ID dan sisanya 24 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas A digunakan untuk jaringan dengan jumlah host sangat besar. Pada bit pertama berikan angka 0 sampai dengan 127.

Karakteristik IP Kelas A
Format : 0NNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit Pertama : 0
NetworkID : 8 bit
HostID : 24 bit
Bit Pertama : 0 -127
Jumlah : 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan)
Range IP : 1.x.x.x – 126.x.x.x
Jumlah IP : 16.777.214
Misalnya IP address 120.31.45.18 maka
Network ID = 120
HostID = 31.45.18
Jadi IP di atas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120

Kelas B
IP address kelas B terdiri dari 16 bit untuk network ID dan sisanya 16 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas B digunakan untuk jaringan dengan jumlah host tidak terlalu besar. Pada 2 bit pertama berikan angka 10 sehingga bit awal IP tersebut mulai dari 128 – 191.

Karakteristik IP Kelas B
Format : 10NNNNNN..NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit Pertama : 10
NetworkID : 16 bit
HostID : 16 bit
Bit Pertama : 128 -191
Jumlah : 16.384
Range IP : 128.1.x.x – 191.155.x.x
Jumlah IP : 65.532
Misalnya IP address 150.70.45.18 maka
Network ID = 150.70
HostID = 60.56
Jadi IP di atas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70

Kelas C
IP address kelas C terdiri dari 24 bit untuk network ID dan sisanya 8 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas C digunakan untuk jaringan untuk ukuran kecil. Kelas C biasanya digunakan untuk jaringan Local Area Network atau LAN. Pada 3 bit pertama berikan angka 110 sehingga bit awal IP tersebut mulai dari 192 – 223.

Karakteristik IP Kelas C
Format : 110NNNNN.NNNNNNNN.NNNNNNNN.HHHHHHHH
Bit Pertama : 110
NetworkID : 24 bit
HostID : 8 bit
Bit Pertama : 192 - 223
Jumlah : 16.384
Range IP : 192.0.0.x.x – 223.255.255.x.x
Jumlah IP : 254 IP
Misalnya IP address 192.168.1.1 maka
Network ID = 192.168.1
HostID = 1
Jadi IP di atas mempunyai host dengan nomor 1 pada jaringan 192.168.1
Kelas IP address lainnya adalah D dan E, namum kelas IP D dan E tersebut tidak digunakan untuk alokasi IP secara normal namum digunakan untuk IP multicasting dan untuk experimental.

Prinsip Kerja TCP
TCP mempunyai prinsip kerja seperti “virtual circuit” pada jaringan telepon. TCP lebih mementingkan tata-cara dan keandalan dalam pengiriman data antara dua komputer dalam jaringan. TCP tidak peduli dengan apa-apa yang dikerjakan oleh IP, yang penting adalah hubungan komunikasi antara dua komputer berjalan dengan baik. Dalam hal ini, TCP mengatur bagaimana cara membuka hubungan komunikasi, jenis aplikasi apa yang akan dilakukan dalam komunikasi tersebut (misalnya mengirim e-mail, transfer file, dsb.) Di samping itu, juga mendeteksi dan mengoreksi jika ada kesalahan data. TCP mengatur seluruh proses koneksi antara satu komputer dengan komputer yang lain dalam sebuah jaringan komputer.
Berbeda dengan IP yang mengandalkan mekanisme connectionless pada TCP mekanisme hubungan adalah connection oriented. Dalam hal ini, hubungan secara logik akan dibangun oleh TCP antara satu komputer dengan komputer yang lain. Dalam waktu yang ditentukan komputer yang sedang berhubungan harus mengirimkan data atau acknowledge agar hubungan tetap berlangsung. Jika hal ini tidak sanggup dilakukan maka dapat diasumsikan bahwa komputer yang sedang berhubungan dengan kita mengalami gangguan dan hubungan secara logik dapat diputus.
Hal yang cukup penting untuk dipahami pada TCP adalah port number. Port number menentukan servis yang dilakukan oleh program aplikasi diatas TCP. Nomor-nomor ini telah ditentukan oleh Network Information Center dalam Request For Comment (RFC) 1010 [10]. Sebagai contoh untuk aplikasi File Transfer Protokol (FTP) diatas transport layer TCP digunakan port number 20 dan masih banyak lagi.
Prinsip kerja dari TCP berdasarkan prinsip client-server. Dimana server adalah program pada komputer yang secara pasif akan mendengarkan (listen) port number yang telah ditentukan pada TCP. Sedang client adalah program yang secara aktif akan membuka hubungan TCP ke komputer server untuk meminta servis yang dibutuhkan.
Awalnya suatu paket dengan SYN-flag dikirim ke IP tujuan, tujuan akan memberikan respon dengan suatu ACK(SYN) flag atau suatu paket dengan RST-flag. SYN singkatan dari SYN-(synchronisation), yang digunakan untuk ‘memberitahukan’ komputer tujuan suatu permintaan melakukan koneksi, kalau diterima, maka permintaan tersebut akan dijawab dengan suatu paket ACK(SYN) flag. ACK singkatan dari ACK-(Acknowledgement). Setelah menerima paket dengan ACK(SYN) flag, komputer mengirim kembali suatu ACK memberitahukan host lain bahwa koneksi telah dibuat. Hal ini kita sebut sebagai “Three-Way-Handshake”. Jika koneksi telah dibuat dan salah satu host ingin melakukan disconnect, akan dikirim suatu paket dengan FIN-flag diaktifkan. (FIN singkatan dari FINish). Tabel ini akan membuat hal ini lebih jelas:

PengenalanTCP-02

Sumber :
- Onno W. Purbo in ”TCP/IP”.
- Wendel Odom, CCIE in ”CCNA INTRO Exam Certification Guide”.
~ http://suwito.web.id/me/2007/12/11/konsep-tcpip/
Selengkapnya...